Tatapan nya lirih...aku tebak. aku tak berani menyelesaikan lukisanku. setiap sentuhan terakhir tak pernah dapat seleai dengan sempurna...mata. aku selalu takut dengan mata. terlalu takut bahkan untuk melukiskannya. bukan hanya sulit, sampai-sampai aku selalu meminta temanku menggantikan posisi pelukis-mata-saja. yaaa... walau (sering) tak sesuai dengan yang diharapkan, setidaknya kadang lukisanku dapat selesai.
"put.....aku sayang kamu" bisik seorang laki-laki di telinga ku. seketika jantung terhenti dalam hitungan detik. rasakan sesuatu gejolak yang tak dapat di pahami.
"apa sih den..." ucapku pura-pura acuh
"jangan berpikiran yang bukan-bukan lagi ya..." deno kembali membisikkan. kali ini ia meraih jemari ku dan mulai menggenggamnya.
hatiku layaknya kembang sepatu di pagi hari, bermekaran. merah .indah rupawan. mereka-reka layangnya kembang sepatu pukul 06.30 di halaman tetangga sebelah, darah pun terasa alirannya...aku genggam erat tangannya hari ini tidak seperti biasanya.
"tatap mata ku....." lagi-lagi deno mengajak aku berbicara.
aku selalu takut dengan mata, aku takut bertatapan langsung secara sengaja. aku memilih diam menoleh arah jendela luar, hamparan sawah hijau membentang diluar sana. kami sedang dalam perjalan pulang dengan bus hari itu.
deno menyentuh tanganku...pandanganku kosong keluar sana. aku selalu suka duduk dekat jendela, teduh, dingin, indah. aku pura-pura menghayati pandangan itu...
aku tau tatapannya sama seperti halnya duduk dekat jendela....teduh, dingin dan indah . tapi aku takut menatapnya. sesekali sering saat ia sedang sibuk melihat sesuatu bukan ke arah aku...sering kucuri pandanganku terhadapnya. mata memang tidak pernah berbohong. untuk itu aku takut..aku takut ia mengetahui..aku pun sama sepertinya. aku siap menjadi apapun kelak untuknya...aku siap untuk tidak berada disampingnya ataupun tetap disampingnya kelak. tapi aku tidak pernah menjadi siap sama seperti nya saat ini.
-destipril-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar